Kamis, 23 Oktober 2025

Identifikasi Mikoriza

 Saat kita melihat tanaman lombok yang tumbuh subur, seringkali fokus hanya pada daun, batang, dan buahnya. Namun, ada dunia tersembunyi yang bekerja keras di balik layar — di akar tanaman, tempat sebuah simbiosis luar biasa sedang berlangsung: Mikoriza.

Hari ini, saya ingin berbagi hasil pengamatan mikroskopis dari irisan akar lombok yang telah diwarnai menggunakan teknik pewarnaan standar, untuk mengetahui apakah jamur Mikoriza sudah membentuk hubungan simbiosis dengan tanaman.


πŸ” Apa Itu Mikoriza?

Mikoriza adalah asosiasi simbiotik antara jamur tanah dan akar tanaman. Jamur ini memperluas jaringan akar secara alami, membentuk "jaringan internet tanah" yang membantu tanaman menyerap air dan hara — terutama fosfor, yang sulit larut dalam tanah. Sebagai imbalannya, tanaman memberikan karbohidrat hasil fotosintesis kepada jamur.

Dalam pertanian organik dan berkelanjutan, keberadaan Mikoriza adalah indikator utama kesehatan tanah dan sistem ekologi yang seimbang.


πŸ“Έ Hasil Pengamatan Mikroskopis

Pada gamnar  yang adalah hasil pengamatan dari irisan melintang akar lombok yang telah diwarnai untuk menonjolkan struktur jamur. Apa yang tampak?

  • Terlihat struktur benang-benang halus berwarna biru tua/hijau kebiruan yang menyebar di antara sel-sel korteks akar.
  • Beberapa hifa bahkan tampak menembus dinding sel dan masuk ke dalam sitoplasma, ciri khas dari kolonisasi jamur Mikoriza arbuskular (AMF).
  • Pola percabangan dan distribusi hifa sangat konsisten dengan aktivitas Arbuscular Mycorrhizal Fungi (AMF), jenis Mikoriza yang paling umum pada tanaman pertanian seperti lombok.

Artinya: Ya, ada indikasi kuat keberadaan Mikoriza!

Namun, perlu dicatat bahwa untuk konfirmasi definitif, kita harus mencari struktur spesifik seperti:

  • Arbuskula: struktur bercabang seperti pohon kecil di dalam sel akar (tempat pertukaran nutrisi).
  • Vesikula: struktur bulat sebagai penyimpanan energi oleh jamur.

Struktur-struktur ini belum terlihat jelas dalam gambar, mungkin karena resolusi, sudut pandang, atau tahap kolonisasi yang masih awal.


Apakah Ini Benar-Benar Mikoriza?

Berdasarkan morfologi dan pola penyebaran, sangat besar kemungkinan ini adalah Mikoriza, bukan kontaminan atau jamur dekomposer biasa. Ciri-ciri berikut mendukung identifikasi ini:

  1. Hifa masuk ke dalam jaringan akar, bukan hanya di permukaan.
  2. Pertumbuhan intraseluler menunjukkan interaksi aktif antara jamur dan sel tanaman.
  3. Pewarnaan berhasil menonjolkan jaringan jamur dalam jaringan hidup, bukan sekadar residu di luar akar.

Tapi, karena ini baru satu bidang pandang, kita belum bisa menyimpulkan 100% tanpa analisis lebih lanjut.


πŸ› ️ Langkah Selanjutnya

Untuk memastikan dan mengukur tingkat kolonisasi, disarankan:

  1. Lakukan pengamatan di bidang pandang yang berbeda.
  2. Lakukan penyaringan bertingkat.
  3. Lakukan pengecatan akar.
  4. Gunakan kontrol positif dan negatif jika memungkinkan (tanaman yang dipastikan terkolonisasi dan tidak terkolonisasi).

🌱 Mengapa Ini Penting Bagi Petani?

Keberadaan Mikoriza berarti:

  • Tanah masih memiliki aktivitas biologis yang baik.
  • Tanaman lebih efisien menyerap hara, sehingga bisa mengurangi pupuk kimia.
  • Ketahanan terhadap stres lingkungan (kekeringan, penyakit) meningkat.
  • Sistem pertanian mulai menuju kemandirian ekologis.

Jika menemukan Mikoriza di lahan, itu adalah tanda bahwa tanah masih “hidup” — dan itu adalah kabar gembira!


πŸ’¬ Penutup

Temuan ini adalah angin segar bagi upaya penerapan pertanian berbasis hayati di NTT. Melihat Mikoriza tumbuh di akar lombok berarti bahwa praktik budidaya yang ramah lingkungan — seperti penggunaan pupuk organik, rotasi tanaman, dan minimnya pestisida — sudah mulai membuahkan hasil nyata di tingkat mikroskopis.

Mari terus dorong pertanian yang tidak hanya produktif, tapi juga harmonis dengan alam.


 








Selasa, 21 Oktober 2025

Hasil Perbanyakan Trichoderma di Kelompok Tani Nekemolo

 Halo teman-teman pecinta pertanian dan penggiat pertanian organik!

Kali ini saya ingin berbagi cerita sukses yang sangat menggembirakan — hasil perbanyakan Trichoderma lokal yang baru saja kami lakukan bersama petani di Kelompok Tani Nekemolo, Desa Taebenu, Kabupaten Kupang, sebagai bagian dari pelatihan APH (Agen Pengendali Hayati) pada tanggal 16 Oktober 2025.

🌱 Apa Itu Trichoderma?

Bagi yang belum tahu, Trichoderma adalah jamur bermanfaat yang hidup di tanah dan dikenal sebagai “penjaga akar” karena kemampuannya menyerang dan menghambat pertumbuhan jamur patogen penyebab penyakit tanaman, seperti Fusarium, Rhizoctonia, dan Pythium. Selain itu, Trichoderma juga bisa merangsang pertumbuhan akar dan meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman — jadi benar-benar “superhero” alami di dunia pertanian!


πŸ“… Proses Perbanyakan: 16–20 Oktober 2025

Setelah pelatihan teori dan praktik langsung di lapangan, para petani mulai mempraktikkan perbanyakan Trichoderma menggunakan media sederhana seperti dedak, Serbuk gergaji dan beras. Media ini disterilkan menggunakan pemanasan (dikukus) selama kurang lebih 4-5 jam lalu diinokulasi dengan kultur murni Trichoderma dan disimpan di tempat teduh selama 4-7 hari.

Dan inilah hasilnya:

Dari putih kehijauan… menjadi hijau tua yang lebat!

Foto-foto di bawah ini menunjukkan perkembangan koloni Trichoderma dari hari ke hari. Pada hari pertama (16 Oktober), pertumbuhan masih sedikit dan berwarna putih kehijauan. Namun hanya dalam 4 hari, koloni sudah menyebar merata, menutupi seluruh permukaan media dengan warna hijau khas yang menandakan spora telah matang dan siap digunakan.


(Catatan: Foto diambil langsung dari proses fermentasi di lokasi pelatihan)


Mengapa Ini Penting?

Perbanyakan Trichoderma ini bukan hanya sekadar eksperimen laboratorium — ini adalah solusi nyata untuk masalah nyata di lapangan. Para petani di Kupang, khususnya yang membudidayakan jambu mente, seringkali menghadapi serangan penyakit akar yang merugikan. Dengan memiliki stok Trichoderma sendiri, mereka tidak lagi bergantung pada pestisida kimia atau produk impor yang mahal.

Selain itu, proses perbanyakan ini:

  • Murah dan mudah: Hanya butuh bahan lokal dan waktu 7–10 hari.
  • Ramah lingkungan: Tidak meninggalkan residu berbahaya.
  • Mandiri: Petani bisa membuatnya sendiri, kapan pun dibutuhkan.

πŸš€ Langkah Selanjutnya

Hasil perbanyakan ini akan segera diaplikasikan di lahan petani peserta pelatihan. Kami juga akan mendampingi mereka dalam monitoring dampaknya terhadap pertumbuhan tanaman dan tingkat serangan penyakit.

Di masa depan, kami berharap model ini bisa direplikasi di desa-desa lain, sehingga setiap petani bisa menjadi produsen APH lokal — mandiri, berkelanjutan, dan berdampak nyata!


πŸ™ Terima Kasih

Terima kasih kepada semua pihak yang terlibat:

  • UPTD PKDLHP & LL Kupang atas kerja sama dan fasilitasnya.
  • BBP2TP (Ibu Roosma dan Ibu Endang) atas ilmu dan pendampingannya.
  • Petani Kelompok Nekemolo yang antusias dan mau belajar.
  • Dan tentunya, semua pihak yang percaya bahwa pertanian masa depan harus berbasis alam dan kemandirian petani.

Jika kamu tertarik untuk belajar membuat Trichoderma sendiri, atau ingin kami datang ke kelompok tani di daerahmu — silakan hubungi kami di kolom komentar atau melalui email kami labhayati@gmail.com

Mari kita bersama-sama wujudkan pertanian yang sehat, lestari, dan berdaya!

🌱 Belajar Bukan Untuk Sekolah, Melainkan Untuk Hidup.

#Trichoderma #APH #PertanianOrganik #PetaniMandiri #JambuMente #Kupang #PertanianBerdampak #Biopestisida #SustainableAgriculture #AgroTeknologi #NusaNipa #TeamTeaching #IlmuHamaDanPenyakitTanaman

 

Jumat, 17 Oktober 2025

Pelatihan Perbanyakan Agens Hayati Trichoderma

Hari ini, 16 Oktober 2025, dilaksanakan Pelatihan Perbanyakan Agens Pengendali Hayati (APH) Trichoderma) di Kelompok Tani Nekemolo, Desa Taebenu, Kabupaten Kupang. Kegiatan ini diikuti oleh 30 orang petani, penyuluh pertanian, serta petugas laboratorium dari Kabupaten dan Kota Kupang, yang menunjukkan antusiasme tinggi dalam mempelajari teknologi pertanian berkelanjutan.

Kegiatan ini diselenggarakan oleh UPTD PKDLHP (Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Keamanan Dan Lingkungan Hidup Pertanian) melalui Laboratorium Lingkungan (LL) Kupang, bekerja sama dengan tim dari Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP), yaitu Ibu Roosma dan Ibu Endang, yang bertindak sebagai narasumber ahli. Turut mendampingi pelaksanaan kegiatan adalah Ibu Dewi Manek selaku Kepala UPTD, Ibu Yeane selaku Kasie Laboratorium Hayati, serta staf ASN dari LL Kupang dan Sub Laboratorium Baunata.

Tujuan Kegiatan

Pelatihan ini bertujuan untuk:

  • Meningkatkan kapasitas petani dalam mengenal, mengembangkan, dan mengaplikasikan Trichoderma sebagai agens hayati pengendali penyakit tanah.
  • Memberikan keterampilan praktis dalam perbanyakan Trichoderma secara mandiri menggunakan bahan-bahan lokal dan sederhana.
  • Mendukung budidaya jambu mente di Kabupaten Kupang yang rentan terhadap penyakit akar seperti layu fusarium, dengan pendekatan ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Rangkaian Aktivitas

  1. Sesi Teori: Pengenalan Trichoderma
    • Narasumber dari BBP2TP menjelaskan peran Trichoderma sebagai jamur antagonis yang mampu menghambat pertumbuhan patogen tanah seperti Fusarium, Rhizoctonia, dan Pythium.
    • Dipaparkan manfaat Trichoderma dalam meningkatkan pertumbuhan akar, memperbaiki struktur tanah, dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap stres biotik dan abiotik.
  1. Demonstrasi Praktik Perbanyakan Trichoderma
    • Tim memandu peserta dalam proses pembuatan media perbanyakan menggunakan bahan lokal seperti dedak, sekam padi, dan air kelapa.
    • Dilakukan inokulasi Trichoderma murni ke media steril, kemudian dicampur merata dan dimasukkan ke dalam kantong polietilen untuk fermentasi selama 7–10 hari.
    • Peserta diajarkan cara menyimpan kultur, memastikan kebersihan alat, serta menghindari kontaminasi selama proses fermentasi.
  2. Diskusi dan Tanya Jawab
    • Petani aktif bertanya mengenai cara aplikasi Trichoderma di lahan jambu mente, dosis yang tepat, waktu penanaman, serta tanda-tanda keberhasilan.
    • Diberikan solusi praktis untuk kendala lapangan, seperti kondisi tanah kering atau serangan penyakit akar.
  3. Penyerahan Starter Trichoderma
    • Setiap peserta diberikan starter Trichoderma dan panduan cetak sebagai modal awal untuk mempraktikkan apa yang telah dipelajari di rumah masing-masing.

Makna dan Dampak

Pelatihan ini merupakan langkah nyata dalam penguatan sistem pertanian berbasis bioinput lokal, sekaligus mendorong kemandirian petani dalam mengelola kesehatan tanah tanpa bergantung pada bahan kimia sintetis. Dengan fokus pada komoditas jambu mente, yang menjadi andalan di wilayah Kabupaten Kupang, kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas, menekan kerugian akibat penyakit, dan membuka peluang ekonomi bagi petani.

Kolaborasi antara UPTD, laboratorium daerah, dan lembaga pusat (BBP2TP) juga menunjukkan sinergi yang kuat dalam penyebaran inovasi pertanian ke tingkat tapak, menjadikan ilmu pengetahuan tidak hanya milik laboratorium, tetapi benar-benar hadir di tengah-tengah masyarakat petani.

 

 

 

 



 

 

 


 

 

Selasa, 14 Oktober 2025

🌱Temuan Berharga dari Tanah NTT: Mikoriza Alami pada Akar Lombok, Kunci Pertanian Berkelanjutan!


Kupang, 14 Oktober 2025 — Dalam upaya mendorong pertanian ramah lingkungan dan berkelanjutan di Nusa Tenggara Timur (NTT), Seksi Pengelolaan Laboratorium Hayati dan Biopestisida, UPTD PKDLHP Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT, berhasil mengidentifikasi keberadaan Mikoriza alami pada akar tanaman lombok (cabai) di lokasi pertanaman lombok.

Temuan ini bukan sekadar penemuan ilmiah biasa — melainkan langkah awal menuju kemandirian petani NTT dalam mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia, sekaligus memperkuat ketahanan pangan lokal melalui pendekatan ekologis.

πŸ”¬ Apa Itu Mikoriza?

Mikoriza adalah simbiosis alami antara jamur tanah dan akar tanaman. Jamur ini membentuk jaringan halus (hifa) yang memperluas jangkauan akar hingga ratusan kali lipat, sehingga tanaman mampu:

- Menyerap fosfor, air, dan nutrisi lain jauh lebih efisien, 

- Lebih tahan terhadap kekeringan dan stres lingkungan, 

- Tumbuh lebih subur tanpa pupuk kimia berlebihan.

Di tanah-tanah kering dan berpasir seperti di NTT, keberadaan Mikoriza menjadi faktor penentu keberhasilan budidaya.

🌢 Mengapa Temuan Ini Penting?

Lombok adalah salah satu komoditas hortikultura strategis di NTT. Namun, produktivitas sering terhambat oleh:

- Tanah miskin hara, 

- Iklim kering, 

- Biaya pupuk yang terus meningkat.

Dengan ditemukannya Mikoriza lokal dan adaptif pada akar lombok, tim Laboratorium Hayati UPTD PKDLHP  membuka peluang besar untuk:

Mengembangkan biofertilizer alami berbasis Mikoriza lokal, 

Meningkatkan hasil panen tanpa menambah beban biaya petani, 

Membangun sistem pertanian regeneratif yang sesuai dengan kondisi ekosistem NTT.


πŸ§ͺ Langkah Selanjutnya: Dari Laboratorium ke Lahan Petani

Tim Seksi Pengelolaan Laboratorium Hayati dan Biopestisida kini sedang:

- Memperbanyak Mikoriza menggunakan tanaman inang jagung dan sorgum di media pasir steril, 

- Mengembangkan protokol aplikasi sederhana untuk petani, termasuk pada tanaman kelapa, tomat, dan kacang-kacangan, 

- Menyusun panduan lapangan yang mudah dipahami oleh penyuluh dan kelompok tani.

 

 “Mikoriza ini adalah ‘hadiah’ dari alam NTT. Tugas kami adalah memastikan manfaatnya kembali ke tangan petani,” 

 

🌍 Visi: NTT Lebih Hijau, Petani Lebih Mandiri

Temuan ini selaras dengan semangat Pertanian Berkelanjutan dan Ketahanan Pangan Berbasis Kearifan Lokal yang diusung Pemerintah Provinsi NTT. Dengan memanfaatkan mikroorganisme tanah yang sudah ada, kita tidak hanya menyelamatkan lahan — tapi juga membangun masa depan pertanian yang tangguh, murah, dan alami.























Yg bulatan hijau vesikel

Yg bulatan merah gelembung air

Identifikasi Mikoriza