Selasa, 21 Oktober 2025

Hasil Perbanyakan Trichoderma di Kelompok Tani Nekemolo

 Halo teman-teman pecinta pertanian dan penggiat pertanian organik!

Kali ini saya ingin berbagi cerita sukses yang sangat menggembirakan — hasil perbanyakan Trichoderma lokal yang baru saja kami lakukan bersama petani di Kelompok Tani Nekemolo, Desa Taebenu, Kabupaten Kupang, sebagai bagian dari pelatihan APH (Agen Pengendali Hayati) pada tanggal 16 Oktober 2025.

🌱 Apa Itu Trichoderma?

Bagi yang belum tahu, Trichoderma adalah jamur bermanfaat yang hidup di tanah dan dikenal sebagai “penjaga akar” karena kemampuannya menyerang dan menghambat pertumbuhan jamur patogen penyebab penyakit tanaman, seperti Fusarium, Rhizoctonia, dan Pythium. Selain itu, Trichoderma juga bisa merangsang pertumbuhan akar dan meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman — jadi benar-benar “superhero” alami di dunia pertanian!


📅 Proses Perbanyakan: 16–20 Oktober 2025

Setelah pelatihan teori dan praktik langsung di lapangan, para petani mulai mempraktikkan perbanyakan Trichoderma menggunakan media sederhana seperti dedak, Serbuk gergaji dan beras. Media ini disterilkan menggunakan pemanasan (dikukus) selama kurang lebih 4-5 jam lalu diinokulasi dengan kultur murni Trichoderma dan disimpan di tempat teduh selama 4-7 hari.

Dan inilah hasilnya:

Dari putih kehijauan… menjadi hijau tua yang lebat!

Foto-foto di bawah ini menunjukkan perkembangan koloni Trichoderma dari hari ke hari. Pada hari pertama (16 Oktober), pertumbuhan masih sedikit dan berwarna putih kehijauan. Namun hanya dalam 4 hari, koloni sudah menyebar merata, menutupi seluruh permukaan media dengan warna hijau khas yang menandakan spora telah matang dan siap digunakan.


(Catatan: Foto diambil langsung dari proses fermentasi di lokasi pelatihan)


Mengapa Ini Penting?

Perbanyakan Trichoderma ini bukan hanya sekadar eksperimen laboratorium — ini adalah solusi nyata untuk masalah nyata di lapangan. Para petani di Kupang, khususnya yang membudidayakan jambu mente, seringkali menghadapi serangan penyakit akar yang merugikan. Dengan memiliki stok Trichoderma sendiri, mereka tidak lagi bergantung pada pestisida kimia atau produk impor yang mahal.

Selain itu, proses perbanyakan ini:

  • Murah dan mudah: Hanya butuh bahan lokal dan waktu 7–10 hari.
  • Ramah lingkungan: Tidak meninggalkan residu berbahaya.
  • Mandiri: Petani bisa membuatnya sendiri, kapan pun dibutuhkan.

🚀 Langkah Selanjutnya

Hasil perbanyakan ini akan segera diaplikasikan di lahan petani peserta pelatihan. Kami juga akan mendampingi mereka dalam monitoring dampaknya terhadap pertumbuhan tanaman dan tingkat serangan penyakit.

Di masa depan, kami berharap model ini bisa direplikasi di desa-desa lain, sehingga setiap petani bisa menjadi produsen APH lokal — mandiri, berkelanjutan, dan berdampak nyata!


🙏 Terima Kasih

Terima kasih kepada semua pihak yang terlibat:

  • UPTD PKDLHP & LL Kupang atas kerja sama dan fasilitasnya.
  • BBP2TP (Ibu Roosma dan Ibu Endang) atas ilmu dan pendampingannya.
  • Petani Kelompok Nekemolo yang antusias dan mau belajar.
  • Dan tentunya, semua pihak yang percaya bahwa pertanian masa depan harus berbasis alam dan kemandirian petani.

Jika kamu tertarik untuk belajar membuat Trichoderma sendiri, atau ingin kami datang ke kelompok tani di daerahmu — silakan hubungi kami di kolom komentar atau melalui email kami labhayati@gmail.com

Mari kita bersama-sama wujudkan pertanian yang sehat, lestari, dan berdaya!

🌱 Belajar Bukan Untuk Sekolah, Melainkan Untuk Hidup.

#Trichoderma #APH #PertanianOrganik #PetaniMandiri #JambuMente #Kupang #PertanianBerdampak #Biopestisida #SustainableAgriculture #AgroTeknologi #NusaNipa #TeamTeaching #IlmuHamaDanPenyakitTanaman

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Identifikasi Mikoriza