Hari ini, 16
Oktober 2025, dilaksanakan Pelatihan Perbanyakan Agens Pengendali Hayati (APH) Trichoderma)
di Kelompok Tani Nekemolo, Desa Taebenu, Kabupaten Kupang. Kegiatan ini diikuti
oleh 30 orang petani, penyuluh pertanian, serta petugas laboratorium dari
Kabupaten dan Kota Kupang, yang menunjukkan antusiasme tinggi dalam mempelajari
teknologi pertanian berkelanjutan.
Kegiatan
ini diselenggarakan oleh UPTD PKDLHP (Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan
Keamanan Dan Lingkungan Hidup Pertanian) melalui Laboratorium Lingkungan (LL)
Kupang, bekerja sama dengan tim dari Balai Besar Perbenihan dan Proteksi
Tanaman Perkebunan (BBP2TP), yaitu Ibu Roosma dan Ibu Endang, yang bertindak
sebagai narasumber ahli. Turut mendampingi pelaksanaan kegiatan adalah Ibu Dewi
Manek selaku Kepala UPTD, Ibu Yeane selaku Kasie Laboratorium Hayati, serta
staf ASN dari LL Kupang dan Sub Laboratorium Baunata.
Tujuan Kegiatan
Pelatihan ini bertujuan untuk:
- Meningkatkan
kapasitas petani dalam mengenal, mengembangkan, dan mengaplikasikan Trichoderma
sebagai agens hayati pengendali penyakit tanah.
- Memberikan
keterampilan praktis dalam perbanyakan Trichoderma secara mandiri
menggunakan bahan-bahan lokal dan sederhana.
- Mendukung
budidaya jambu mente di Kabupaten Kupang yang rentan terhadap penyakit
akar seperti layu fusarium, dengan pendekatan ramah lingkungan dan
berkelanjutan.
Rangkaian
Aktivitas
- Sesi Teori: Pengenalan Trichoderma
- Narasumber dari BBP2TP
menjelaskan peran Trichoderma sebagai jamur antagonis yang mampu
menghambat pertumbuhan patogen tanah seperti Fusarium, Rhizoctonia,
dan Pythium.
- Dipaparkan manfaat Trichoderma
dalam meningkatkan pertumbuhan akar, memperbaiki struktur tanah, dan
meningkatkan ketahanan tanaman terhadap stres biotik dan abiotik.
- Demonstrasi Praktik Perbanyakan
Trichoderma
- Tim memandu peserta dalam
proses pembuatan media perbanyakan menggunakan bahan lokal seperti dedak,
sekam padi, dan air kelapa.
- Dilakukan
inokulasi Trichoderma murni ke media steril, kemudian dicampur
merata dan dimasukkan ke dalam kantong polietilen untuk fermentasi selama
7–10 hari.
- Peserta
diajarkan cara menyimpan kultur, memastikan kebersihan alat, serta
menghindari kontaminasi selama proses fermentasi.
- Diskusi dan Tanya Jawab
- Petani
aktif bertanya mengenai cara aplikasi Trichoderma di lahan jambu
mente, dosis yang tepat, waktu penanaman, serta tanda-tanda keberhasilan.
- Diberikan
solusi praktis untuk kendala lapangan, seperti kondisi tanah kering atau
serangan penyakit akar.
- Penyerahan Starter Trichoderma
- Setiap peserta diberikan
starter Trichoderma dan panduan cetak sebagai modal awal untuk
mempraktikkan apa yang telah dipelajari di rumah masing-masing.
Makna dan
Dampak
Pelatihan
ini merupakan langkah nyata dalam penguatan sistem pertanian berbasis bioinput
lokal, sekaligus mendorong kemandirian petani dalam mengelola kesehatan tanah
tanpa bergantung pada bahan kimia sintetis. Dengan fokus pada komoditas jambu
mente, yang menjadi andalan di wilayah Kabupaten Kupang, kegiatan ini
diharapkan dapat meningkatkan produktivitas, menekan kerugian akibat penyakit,
dan membuka peluang ekonomi bagi petani.
Kolaborasi
antara UPTD, laboratorium daerah, dan lembaga pusat (BBP2TP) juga menunjukkan
sinergi yang kuat dalam penyebaran inovasi pertanian ke tingkat tapak,
menjadikan ilmu pengetahuan tidak hanya milik laboratorium, tetapi benar-benar
hadir di tengah-tengah masyarakat petani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar