Jumat, 17 Oktober 2025

Pelatihan Perbanyakan Agens Hayati Trichoderma

Hari ini, 16 Oktober 2025, dilaksanakan Pelatihan Perbanyakan Agens Pengendali Hayati (APH) Trichoderma) di Kelompok Tani Nekemolo, Desa Taebenu, Kabupaten Kupang. Kegiatan ini diikuti oleh 30 orang petani, penyuluh pertanian, serta petugas laboratorium dari Kabupaten dan Kota Kupang, yang menunjukkan antusiasme tinggi dalam mempelajari teknologi pertanian berkelanjutan.

Kegiatan ini diselenggarakan oleh UPTD PKDLHP (Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Keamanan Dan Lingkungan Hidup Pertanian) melalui Laboratorium Lingkungan (LL) Kupang, bekerja sama dengan tim dari Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP), yaitu Ibu Roosma dan Ibu Endang, yang bertindak sebagai narasumber ahli. Turut mendampingi pelaksanaan kegiatan adalah Ibu Dewi Manek selaku Kepala UPTD, Ibu Yeane selaku Kasie Laboratorium Hayati, serta staf ASN dari LL Kupang dan Sub Laboratorium Baunata.

Tujuan Kegiatan

Pelatihan ini bertujuan untuk:

  • Meningkatkan kapasitas petani dalam mengenal, mengembangkan, dan mengaplikasikan Trichoderma sebagai agens hayati pengendali penyakit tanah.
  • Memberikan keterampilan praktis dalam perbanyakan Trichoderma secara mandiri menggunakan bahan-bahan lokal dan sederhana.
  • Mendukung budidaya jambu mente di Kabupaten Kupang yang rentan terhadap penyakit akar seperti layu fusarium, dengan pendekatan ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Rangkaian Aktivitas

  1. Sesi Teori: Pengenalan Trichoderma
    • Narasumber dari BBP2TP menjelaskan peran Trichoderma sebagai jamur antagonis yang mampu menghambat pertumbuhan patogen tanah seperti Fusarium, Rhizoctonia, dan Pythium.
    • Dipaparkan manfaat Trichoderma dalam meningkatkan pertumbuhan akar, memperbaiki struktur tanah, dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap stres biotik dan abiotik.
  1. Demonstrasi Praktik Perbanyakan Trichoderma
    • Tim memandu peserta dalam proses pembuatan media perbanyakan menggunakan bahan lokal seperti dedak, sekam padi, dan air kelapa.
    • Dilakukan inokulasi Trichoderma murni ke media steril, kemudian dicampur merata dan dimasukkan ke dalam kantong polietilen untuk fermentasi selama 7–10 hari.
    • Peserta diajarkan cara menyimpan kultur, memastikan kebersihan alat, serta menghindari kontaminasi selama proses fermentasi.
  2. Diskusi dan Tanya Jawab
    • Petani aktif bertanya mengenai cara aplikasi Trichoderma di lahan jambu mente, dosis yang tepat, waktu penanaman, serta tanda-tanda keberhasilan.
    • Diberikan solusi praktis untuk kendala lapangan, seperti kondisi tanah kering atau serangan penyakit akar.
  3. Penyerahan Starter Trichoderma
    • Setiap peserta diberikan starter Trichoderma dan panduan cetak sebagai modal awal untuk mempraktikkan apa yang telah dipelajari di rumah masing-masing.

Makna dan Dampak

Pelatihan ini merupakan langkah nyata dalam penguatan sistem pertanian berbasis bioinput lokal, sekaligus mendorong kemandirian petani dalam mengelola kesehatan tanah tanpa bergantung pada bahan kimia sintetis. Dengan fokus pada komoditas jambu mente, yang menjadi andalan di wilayah Kabupaten Kupang, kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas, menekan kerugian akibat penyakit, dan membuka peluang ekonomi bagi petani.

Kolaborasi antara UPTD, laboratorium daerah, dan lembaga pusat (BBP2TP) juga menunjukkan sinergi yang kuat dalam penyebaran inovasi pertanian ke tingkat tapak, menjadikan ilmu pengetahuan tidak hanya milik laboratorium, tetapi benar-benar hadir di tengah-tengah masyarakat petani.

 

 

 

 



 

 

 


 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Identifikasi Mikoriza