Kamis, 31 Juli 2025

Pentingnya Regenerasi di Bidang Hama Penyakit

Opini

Latar Belakang
Sektor pertanian memegang peranan vital dalam mendukung ketahanan pangan dan perekonomian Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Namun, tantangan seperti serangan hama dan penyakit tanaman terus mengancam produktivitas pertanian. Untuk mengatasi hal ini, UPTD Perbenihan Kebun Dinas dan Laboratorium Hayati Perkebunan di bawah Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT berperan penting dalam pengembangan solusi berbasis hayati, seperti biopestisida dan agens pengendali hayati.  

Namun, kemajuan di bidang ini sangat bergantung pada sumber daya manusia (SDM) yang kompeten. 
Regenerasi SDM menjadi kunci untuk memastikan keberlanjutan inovasi dan pelayanan di bidang hama penyakit, khususnya dalam pengelolaan laboratorium hayati dan produksi biopestisida.  

Mengapa Regenerasi SDM Penting?
1. Menjaga Keberlanjutan Inovasi
   - Pengetahuan tentang pengendalian hama penyakit berbasis hayati harus ditransfer kepada generasi muda agar tidak hilang seiring pensiunnya ahli senior.  
   - Teknologi biopestisida terus berkembang, sehingga diperlukan SDM yang terlatih dalam penelitian dan aplikasinya.  

2. Meningkatkan Kapasitas Laboratorium Hayati
   - Laboratorium hayati membutuhkan tenaga ahli dalam identifikasi hama, produksi agensia hayati (seperti Trichoderma, Beauveria bassiana), dan formulasi biopestisida.  
   - Tanpa regenerasi, laboratorium berisiko kehilangan kapabilitas dalam mendukung petani menghadapi ancaman hama baru.  

3. Mendorong Pertanian Berkelanjutan 
   - Biopestisida merupakan solusi ramah lingkungan dibandingkan pestisida kimia. SDM yang terampil diperlukan untuk sosialisasi dan pendampingan petani dalam adopsi teknologi ini.  
   - Regenerasi memastikan bahwa prinsip pertanian berkelanjutan terus diterapkan di NTT.  

4. Antisipasi Perubahan Iklim dan Resistensi Hama
   - Perubahan iklim memicu munculnya hama dan penyakit baru. SDM muda dengan pengetahuan terkini dibutuhkan untuk mengembangkan solusi adaptif.  
   - Penguasaan teknik molekuler dan bioteknologi dalam diagnosa hama harus terus diperbarui melalui pelatihan generasi baru.  

Tantangan Regenerasi SDM di NTT
- Minimnya Tenaga Ahli Lokal: Banyak lulusan bidang pertanian yang belum terserap optimal atau kurang tertarik bekerja di laboratorium hayati.  
- Keterbatasan Pelatihan: Kurangnya program magang dan pendampingan dari ahli senior kepada generasi muda.  
- Infrastruktur dan Dana: Laboratorium hayati membutuhkan pembaruan peralatan dan pendanaan riset untuk menarik minat peneliti muda.  

Strategi untuk Mendorong Regenerasi 
1. Rekrutmen dan Pelatihan Berkelanjutan 
   - Membuka lowongan bagi sarjana biologi, agroteknologi, dan perlindungan tanaman untuk bergabung di UPTD dan Laboratorium Hayati.  
   - Kolaborasi dengan universitas (seperti Undana, Poltek Pertanian Kupang) untuk program magang dan penelitian bersama.  

2. Peningkatan Kapasitas melalui Sertifikasi
   - Mengikutsertakan SDM muda dalam pelatihan bersertifikat tentang pengendalian hayati dan produksi biopestisida.  
   - Mendatangkan ahli dari pusat (seperti Balai Besar Litbang Bioteknologi Pertanian) untuk pelatihan lanjutan.  

3. Insentif dan Pengembangan Karir 
   - Memberikan insentif kompetitif bagi peneliti dan teknisi laboratorium untuk mencegah brain drain.  
   - Membuat jalur karier jelas bagi tenaga muda untuk berkembang di instansi.  

4. Sosialisasi dan Edukasi 
   - Memperkenalkan peran laboratorium hayati sejak dini melalui kunjungan siswa SMA/SMK ke fasilitas UPTD.  
   - Kampanye tentang peluang karier di bidang perlindungan tanaman berbasis hayati.  

Kesimpulan
Regenerasi SDM di bidang hama penyakit, khususnya pengelolaan laboratorium hayati dan biopestisida, adalah langkah strategis untuk memastikan ketahanan pangan dan pertanian berkelanjutan di NTT. Dengan investasi pada pendidikan, pelatihan, dan penguatan infrastruktur, Provinsi NTT dapat membentuk generasi baru ahli yang siap menghadapi tantangan pertanian masa depan. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT perlu menjadikan regenerasi SDM sebagai prioritas demi mengoptimalkan peran UPTD dan Laboratorium Hayati dalam mendukung petani lokal.  

#PertanianNTT #Biopestisida #RegenerasiSDM #LaboratoriumHayati #KetahananPangan

pengamatan mikroskopis eksplorasi Trichoderma dan Beauvaria bassiana Hasil Perbanyakan Masal

Trichoderma eksplorasi Perbanyakan massal
Beauvaria eksplorasi Perbanyakan massal

Peremajaan Trichoderma Kupang 

Media agar pda

Pengamatan mikroskopis Trichoderma hasil eksplorasi 

pemeliharaan Tanaman






Rabu, 30 Juli 2025

Aktivitas harian

 

Hari ini aktivitas dimulai dengan pemeliharaan tanaman, khususnya anakan lombok yang sebelumnya dibibitkan dalam polybag. Anakan tersebut dipindahkan ke posisi yang lebih terbuka agar mendapatkan paparan sinar matahari secara optimal, karena cahaya matahari yang cukup sangat penting untuk pertumbuhan vegetatif yang sehat, seperti pembentukan daun, batang yang kokoh, dan persiapan adaptasi sebelum tanam di lapangan. Selain itu, anakan lombok disusun secara rapi dan teratur dalam bedengan atau rak pembibitan untuk memudahkan perawatan, sirkulasi udara yang baik, serta menghindari kerusakan akibat tumpang tindih antar tanaman.

Setelah perawatan tanaman selesai, dilanjutkan dengan pengamatan terhadap pertumbuhan isolat Trichoderma yang sebelumnya telah diremajakan pada media agar. Pengamatan dilakukan secara visual untuk mengevaluasi kondisi koloni, meliputi kecepatan tumbuh, warna, tekstur, dan penyebaran miselium. Isolat yang diremajakan menunjukkan pertumbuhan yang aktif dengan koloni berwarna putih, menyebar cepat, dan memiliki struktur hifa yang khas, menandakan bahwa Trichoderma tumbuh dengan baik.

Selain itu, juga dilakukan inokulasi Trichoderma hasil eksplorasi dari lapangan sebelumnya ke media agar segar. Proses inokulasi dilakukan secara aseptik menggunakan ose steril untuk memindahkan sedikit miselium dari isolat awal ke media PDA (Potato Dextrose Agar) dalam cawan petri. Tujuannya adalah untuk memperbanyak dan menjaga kemurnian kultur, sekaligus memastikan bahwa isolat lokal yang diperoleh dari lingkungan seperti kebun kakao tetap hidup dan dapat digunakan untuk kegiatan pengendalian hayati maupun penelitian lebih lanjut.

Kegiatan ini merupakan bagian penting dari upaya menjaga ketersediaan agens hayati lokal yang efektif dan adaptif terhadap kondisi setempat, sekaligus mendukung pengembangan pertanian berkelanjutan berbasis mikroba

 





















Selasa, 29 Juli 2025

Penandaan isolat dan pengamatan

Hari ini dilakukan kegiatan penandaan isolat yang tumbuh pada media agar, dengan fokus pada identifikasi potensi pertumbuhan Trichoderma. Berikut adalah langkah-langkah dan penjelasan rinci mengenai aktivitas tersebut:


1. Penandaan Isolat

  • Setelah sampel tanah dianalisis dan diinokulasi pada media agar , beberapa koloni mikroorganisme mulai tumbuh setelah inkubasi selama beberapa hari.
  • Dalam gambar sebelumnya, terlihat bahwa ada beberapa koloni yang menunjukkan ciri-ciri awal pertumbuhan jamur, seperti:
    • Warna: Koloni berwarna putih hingga krem.
    • Tekstur: Ada struktur benang-benang (miselium) yang membentuk jaringan di permukaan media.
    • Bentuk: Beberapa koloni memiliki pola yang mirip dengan pertumbuhan jamur.

Dari pengamatan makroskopis ini, dipilih beberapa koloni yang terindikasi sebagai Trichoderma untuk dilanjutkan ke tahap identifikasi lebih lanjut.


2. Pembuatan Preparat untuk Mikroskop

Setelah memilih koloni-koloni yang menunjukkan potensi sebagai Trichoderma, dilakukan pembuatan preparat untuk observasi mikroskopis. Langkah-langkahnya meliputi:

a. Pengambilan Sampel

  • Menggunakan ose steril, ambil sedikit bagian dari koloni yang ditandai sebagai calon Trichoderma.
  • Pastikan hanya mengambil bagian miselium aktif (bagian yang tampak aktif tumbuh dan tidak rusak).

b. Pembuatan Preparat

  • Tempatkan sampel miselium pada slide mikroskop.
  • Tambahkan beberapa tetes larutan air atau larutan klarifikasi (misalnya, KOH 5%) untuk membantu melembutkan struktur miselium dan mempermudah pengamatan.
  • Tutupi dengan tutupan silinder (cover slip) untuk mencegah udara masuk dan menjaga preparat tetap stabil.

3. Observasi Mikroskopis

Setelah preparat siap, dilakukan pengamatan menggunakan mikroskop cahaya biasa atau mikroskop cahaya polarisasi untuk memeriksa struktur hifa dan spora. Hal-hal yang diamati meliputi:

a. Struktur Hifa

  • Bentuk: Hifa Trichoderma umumnya bersifat septate, yaitu memiliki sel-sel yang dipisahkan oleh septum (dinding sel).
  • Ketebalan: Hifa Trichoderma biasanya tebal dan kuat, dengan diameter yang cukup besar dibandingkan dengan beberapa jenis jamur lainnya.
  • Warna: Saat dilihat di bawah mikroskop, hifa Trichoderma sering kali tampak transparan atau agak kuning kekuningan.

b. Spora dan Struktur Reproduktif

  • Trichoderma sering kali menunjukkan spora konidial yang berkumpul dalam bentuk konidiophore (struktur reproduksi). Spora ini biasanya berbentuk bulat atau oval dan tersebar secara padat.
  • Beberapa spesies Trichoderma juga dapat menunjukkan chlamydospores (spora yang lebih besar dan tahan lama), yang sering terlihat sebagai struktur yang lebih tebal dan padat.

c. Morfologi Umum

  • Miselium Trichoderma biasanya tumbuh dengan pola yang rapat dan membentuk koloni padat dengan tekstur kapas.
  • Warna koloni pada media agar biasanya putih hingga krem, sesuai dengan apa yang terlihat pada gambar sebelumnya.

4. Hasil Pengamatan

Setelah melakukan pengamatan mikroskopis, hasilnya menunjukkan bahwa:

  • Struktur hifa yang diamati sesuai dengan karakteristik Trichoderma, yaitu:
    • Septate (berseptum).
    • Tebal dan kuat.
    • Memiliki pola pertumbuhan yang merambat (filamentous).
  • Adanya indikasi spora konidial atau struktur reproduktif lainnya yang khas dari Trichoderma.

5. Konfirmasi dengan Literatur

Untuk memastikan identifikasi, hasil pengamatan dibandingkan dengan literatur tentang Trichoderma. Ciri-ciri yang cocok termasuk:

  • Morphologi hifa (septate, tebal, kuat).
  • Pola pertumbuhan koloni (putih hingga krem, padat).
  • Struktur spora dan konidiophore.

Jika semua karakteristik sesuai, maka dapat disimpulkan bahwa isolat tersebut kemungkinan besar adalah Trichoderma.


Kesimpulan

Melalui aktivitas penandaan isolat, pembuatan preparat, dan pengamatan mikroskopis, berhasil diidentifikasi bahwa beberapa koloni yang tumbuh pada media agar memiliki morfologi yang sesuai dengan Trichoderma. Hasil ini penting karena Trichoderma merupakan mikroba hayati yang sangat berguna dalam pengendalian penyakit tanaman, perbaikan tanah, dan produksi pupuk organik cair.

Selanjutnya, isolat ini dapat dikembangkan lebih lanjut untuk aplikasi praktis dalam pertanian hayati, seperti pengendalian hayati penyakit tanaman atau pembuatan biopestisida.

 


hasil pengamatan koloni 3

Preparat 1
hifa Trichoderma (pengamatan sementara)

 



Pengamatan Isolat Trichoderma



penandaan untuk pemurnian





 










Senin, 28 Juli 2025

Identifikasi

Identifikasi


1. Media dan Kontainer

  • Media yang digunakan adalah PDA (Potato Dextrose Agar) atau media serupa, yang biasanya digunakan untuk pertumbuhan jamur dan kapang.
  • Media ini dituangkan ke dalam cawan petri tertutup dengan tutup transparan, yang memungkinkan pengamatan koloni secara langsung.

2. Koloni Mikroorganisme

  • Pada permukaan media, terlihat beberapa koloni mikroorganisme yang tumbuh:
    • Warna: Koloni memiliki warna putih hingga krem, yang umumnya merupakan karakteristik pertumbuhan jamur atau kapang.
    • Bentuk: Beberapa koloni memiliki bentuk bulat atau oval, sementara yang lain menunjukkan pola yang lebih kompleks seperti benang-benang yang membentuk jaringan.
    • Tekstur: Ada koloni yang tampak padat dan kenyal, serta ada yang lebih halus dan tersebar luas.

3. Pertumbuhan Mikroba

  • Jamur/Kapang:
    • Pertumbuhan berbentuk benang-benang putih (miselium) yang membentuk jaringan di sekitar koloni utama sangat khas dari pertumbuhan jamur atau kapang.
    • Beberapa koloni juga menunjukkan struktur seperti spora, yang dapat dilihat sebagai bagian dari pertumbuhan jamur.
  • Bakteri:
    • Tidak ada indikasi kuat adanya pertumbuhan bakteri karena media PDA tidak biasa mendukung pertumbuhan bakteri. Namun, jika ada kontaminasi, bakteri mungkin tumbuh dalam bentuk koloni kecil, basah, dan transparan, tetapi tidak tampak dominan dalam gambar ini.

4. Label Sampel

  • Label pada cawan petri menyatakan "Tanah B 10⁻³", yang menunjukkan bahwa sampel ini berasal dari tanah yang telah diberi perlakuan pengenceran 10⁻³ (pengenceran 1:1000).
  • Pengenceran dilakukan untuk memastikan bahwa jumlah mikroorganisme cukup rendah sehingga koloni-koloninya dapat terpisah dan mudah diamati.

5. Interpretasi Hasil

  • Dominasi Jamur/Kapang: Pertumbuhan yang dominan pada media PDA menunjukkan bahwa jamur atau kapang adalah mikroorganisme utama yang berkembang dari sampel tanah tersebut.
  • Variasi Koloni: Adanya variasi dalam bentuk dan tekstur koloni menunjukkan bahwa sampel tanah mengandung berbagai jenis mikroorganisme, termasuk kemungkinan spesies jamur atau kapang yang berbeda.
  • Kontaminasi Bakteri: Meskipun tidak dominan, ada kemungkinan kecil adanya kontaminasi bakteri, tetapi tidak terlihat jelas dalam gambar ini.

6. Langkah Selanjutnya

Untuk identifikasi lebih akurat, langkah-langkah tambahan yang dapat dilakukan meliputi:

  1. Pengamatan Mikroskopis:
    • Ambil sampel dari koloni menggunakan ose steril dan amati di bawah mikroskop untuk melihat struktur mikroskopis seperti miselium, spora, atau sel bakteri.
  2. Uji Morfologi dan Biokimia:
    • Lakukan uji morfologi lanjutan untuk mengidentifikasi jenis jamur/kapang, seperti Trichoderma, Aspergillus, atau Penicillium.
    • Jika diperlukan, lakukan uji biokimia atau molekuler (PCR) untuk konfirmasi spesies.
  3. Inokulasi Kembali:
    • Isolasi koloni individu untuk memastikan bahwa setiap koloni adalah populasi mikroba yang murni.

Kesimpulan Sementara

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa sampel tanah mengandung mikroorganisme, terutama jamur atau kapang, yang tumbuh aktif pada media PDA. Pertumbuhan ini sesuai dengan ekspektasi karena media PDA adalah media selektif untuk jamur. Untuk identifikasi lebih pasti, diperlukan analisis mikroskopis dan uji morfologi lebih lanjut.

 

Hasil Pengamatan Semantara






Pengamatan

Hari ini dilakukan pengamatan mikroskopis terhadap pertumbuhan mikroorganisme pada media PDA (Potato Dextrose Agar) yang sebelumnya telah diinokulasi dengan sampel tanah dari lokasi eksplorasi. Hasil pengamatan menunjukkan adanya pertumbuhan berbentuk benang-benang putih menyebar di permukaan media, yang secara morfologi menyerupai miselium jamur. Struktur tersebut tampak halus, berjaring, dan mulai membentuk koloni yang semakin luas seiring waktu inkubasi.

Namun, identifikasi pasti belum dapat ditentukan karena karakteristik morfologi awal tersebut bisa dimiliki oleh berbagai jenis mikroorganisme, termasuk jamur seperti Trichoderma, Aspergillus, atau bahkan kapang lain yang bersifat umum di lingkungan. Selain itu, lokasi pengambilan sampel berada di dekat pemukiman dan bekas area pembakaran sampah, yang berpotensi tinggi terhadap kontaminasi mikroba lingkungan yang tidak diinginkan, meskipun di lokasi tersebut juga terdapat tanaman kakao dan sebelumnya pernah diberi perlakuan Trichoderma.

Karena adanya faktor lingkungan yang kompleks, kehadiran benang putih tersebut belum bisa dipastikan sebagai Trichoderma atau mikroorganisme lainnya hanya dari pengamatan makroskopis dan mikroskopis awal. Diperlukan pemeriksaan lebih lanjut, seperti pewarnaan mikroskopis, atau analisis morfologi spora secara detail, untuk memastikan jenis mikroorganisme yang tumbuh. Proses pengamatan tetap dilanjutkan dengan mencatat perkembangan koloni dari hari ke hari guna membedakan pola pertumbuhan dan ciri khas yang lebih spesifik.

 





















Jumat, 25 Juli 2025

Pengenceran demi Trichoderma

Hari ini dilakukan pengenceran media tanah yang dieksplorasi sehari sebelumnya, sebagai bagian dari proses isolasi mikroorganisme tanah. Tanah yang telah dikumpulkan dari lokasi eksplorasi diencerkan secara bertahap hingga tingkat 10⁻³ menggunakan larutan steril seperti aquades atau garam fisiologis. Pengenceran dilakukan dengan metode serial dilution, yaitu setiap 1 gram tanah dicampur dengan 9 ml larutan steril, lalu dihomogenkan, dan dari campuran tersebut diambil 1 ml untuk diencerkan kembali pada tabung berikutnya, hingga mencapai pengenceran 10⁻³.

Tujuan dari pengenceran ini adalah untuk mengurangi kepadatan mikroorganisme dalam sampel tanah sehingga memungkinkan terbentuknya koloni yang terpisah dan mudah diidentifikasi saat ditumbuhkan pada media agar. Dengan pengenceran yang tepat, diharapkan diperoleh jumlah koloni yang tidak terlalu rapat, memudahkan dalam proses isolasi dan seleksi mikroba potensial seperti Trichoderma atau mikroba lain yang bermanfaat bagi pertanian.

Proses ini merupakan langkah penting dalam teknik mikrobiologi tanah untuk memastikan hasil isolasi yang akurat dan representatif dari populasi mikroba yang ada di lapangan.

 


















Identifikasi Mikoriza