Kamis, 14 Agustus 2025

Pengamatan Mikroskopis dan Penuangan Fermentasi Algae

Hari ini dilakukan dua kegiatan pengamatan mikrobiologis penting terkait produk fermentasi hayati. Pertama, pengamatan mikroskopis terhadap cairan ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) yang telah difermentasi, bertujuan untuk memastikan keberadaan dan kondisi mikroorganisme yang menjadi agens aktif di dalamnya. Kedua, dilakukan penuangan langsung cairan fermentasi alga ke media PDA (Potato Dextrose Agar) untuk mengisolasi dan mengidentifikasi jenis jamur atau bakteri yang tumbuh sebagai bagian dari evaluasi kualitas dan stabilitas produk.

1. Pengamatan Mikroskopis Cairan ZPT

Cairan ZPT yang mengandung campuran Trichoderma, Pseudomonas, Bacillus, ekstrak daun kelor, air kelapa, dan molase diperiksa secara mikroskopis menggunakan mikroskop cahaya pada perbesaran 100x–400x. Tujuannya adalah untuk:

  • Mengidentifikasi keberadaan jamur (miselium dan spora) seperti Trichoderma.
  • Mendeteksi sel bakteri hidup dari Pseudomonas dan Bacillus.
  • Memastikan tidak ada kontaminasi mikroorganisme merugikan.

Hasil pengamatan menunjukkan:

  • Terdapat hifa septate yang bercabang tipikal Trichoderma, dengan beberapa konidia berbentuk bulat yang masih melekat pada konidiofor.
  • Sel bakteri batang pendek terlihat melimpah, konsisten dengan morfologi Bacillus dan Pseudomonas.
  • Tidak ditemukan struktur mikroba mencurigakan atau tanda kontaminasi berat seperti protozoa atau bakteri filamen patogen.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa mikroorganisme target masih aktif dan terdistribusi dengan baik dalam cairan ZPT, menandakan bahwa proses fermentasi berjalan optimal dan produk masih dalam kondisi layak guna.

2. Penuangan Langsung Cairan Fermentasi Alga ke Media PDA

Sebagai bagian dari evaluasi kualitas fermentasi alga, cairan fermentasi alga langsung dituangkan (pour plate method) ke dalam media PDA steril yang masih cair dan hangat. Tujuan dari metode ini adalah:

  • Mengisolasi mikroorganisme yang hidup dalam cairan fermentasi alga.
  • Mengetahui jenis jamur atau bakteri yang tumbuh, baik sebagai mikroba pengurai bermanfaat maupun potensi kontaminan.

Prosedur dilakukan secara aseptik:

  • 1 ml cairan fermentasi alga dicampur merata dengan ±15 ml PDA cair steril dalam cawan petri.
  • Campuran didiamkan hingga membeku, lalu diinkubasi pada suhu ruang (±27–28°C) selama 3–7 hari.

Pengamatan awal setelah 48 jam menunjukkan:

  • Mulai muncul koloni putih berbentuk benang (hifa) yang menyebar, mengindikasikan pertumbuhan jamur peluluh bahan organik, kemungkinan besar Trichoderma atau kapang lain yang terlibat dalam fermentasi.
  • Beberapa koloni kecil berwarna kuning keemasan juga muncul, yang diduga merupakan bakteri seperti Bacillus spp. yang tahan terhadap pH asam media PDA.
  • Tidak ada pertumbuhan koloni berlendir atau berwarna mencolok yang mengindikasikan kontaminasi berat.

Kesimpulan

  • Cairan ZPT masih mengandung mikroorganisme hayati yang aktif (Trichoderma, Bacillus, Pseudomonas), menunjukkan bahwa produk masih efektif untuk digunakan.
  • Fermentasi alga mengandung mikroba dekomposer yang potensial, terutama jamur dan bakteri pengurai, yang dapat dimanfaatkan lebih lanjut sebagai agens dalam produksi pupuk organik cair atau bioinput hayati.
  • Metode penuangan langsung (pour plate) terbukti efektif untuk memantau populasi mikroba dalam cairan fermentasi.

Kedua kegiatan ini penting untuk menjaga kualitas dan keamanan produk hayati, serta menjadi dasar dalam pengembangan formulasi yang stabil, efektif, dan bebas kontaminan.

 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Identifikasi Mikoriza