Hari ini dilakukan pengamatan mikroskopis terhadap isolat Trichoderma asal Kupang yang telah diinokulasi pada media agar satu minggu sebelumnya. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pertumbuhan mikroba berlangsung dengan baik, ditandai oleh perkembangan hifa dan produksi konidia yang aktif.
Secara mikroskopis, hifa Trichoderma terlihat septate,
bercabang rapat, berwarna hialin (bening), dan tumbuh membentuk jaringan
miselium yang padat — sesuai dengan karakteristik morfologi Trichoderma
spp. Selain itu, terlihat jelas struktur konidiofor yang bercabang secara
verticilat (bercabang seperti cemara) dan menghasilkan konidia (spora)
berbentuk bulat hingga oval, yang tersusun dalam kelompok di ujung phialid.
Keberadaan konidia yang melimpah menunjukkan bahwa isolat ini dalam kondisi
sehat, aktif bereproduksi, dan siap untuk digunakan dalam aplikasi lebih lanjut
seperti pembuatan pupuk hayati atau agens pengendali hayati.
Namun, yang menarik dan perlu catatan khusus adalah
hilangnya produksi "hint kuning" yang sebelumnya menjadi ciri khas
isolat ini saat pertama kali dieksplorasi. Warna kekuningan yang sempat
teramati pada koloni di masa lalu tidak muncul lagi pada pertumbuhan kali ini,
baik secara makroskopis maupun mikroskopis. Padahal, pada isolasi sebelumnya,
warna tersebut menjadi penanda unik yang membedakan strain Kupang ini dari
isolat Trichoderma lainnya.
Beberapa kemungkinan penyebab hilangnya warna kuning
tersebut antara lain:
- Perubahan
kondisi lingkungan pertumbuhan, seperti perbedaan pH, suhu, cahaya, atau
komposisi media agar yang digunakan saat ini dibandingkan dengan kondisi
sebelumnya.
- Stres
fisiologis atau adaptasi selama masa dormansi, karena isolat berasal dari
kultur lama (disimpan hingga 2 tahun), sehingga mungkin terjadi perubahan
ekspresi genetik sementara.
- Kehilangan
produksi metabolit sekunder, karena warna kuning kemungkinan besar
dihasilkan oleh senyawa pigmen seperti gliotoxin, trichodermone, atau
metabolit lain yang diproduksi secara kondisional tergantung pada stres
lingkungan atau usia kultur.
Meskipun warna kuning tidak muncul, viabilitas dan aktivitas
reproduksi isolat tetap terjaga, yang menunjukkan bahwa Trichoderma ini
masih memiliki potensi besar sebagai agens hayati. Namun, hilangnya ciri unik
tersebut menunjukkan perlunya pemantauan lebih lanjut dan kemungkinan re-isolasi
dari sumber asli untuk memastikan kestabilan karakter strain lokal.
Ke depan, disarankan untuk:
- Mencoba
menumbuhkan isolat pada media dan kondisi yang persis sama dengan saat
pertama kali ditemukan warna kuning.
- Melakukan
analisis metabolomik sederhana atau uji kualitatif untuk mendeteksi
senyawa pigmen.
- Menyimpan
kultur dengan metode yang lebih stabil (seperti glycerol stock atau
lyophilization) untuk menjaga keaslian karakter strain.
Dengan demikian, meskipun Trichoderma Kupang saat ini
tumbuh dengan baik secara morfologi, hilangnya hint kuning menjadi catatan
penting dalam upaya pelestarian dan pemanfaatan kekhasan mikroba lokal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar